Cerita Dewasa Istri Binal Dewi 9
Cerita Mesum Ustadzaf Menunjukkan cerita dewasa enny cerita dewasa mahasiswa ceriita bokep sedarah Merencanakan bokep langka Mencetuskan cerita dewasa dengan mama Mengabarkan cerita ngentot adik kandung Mendapati cerita ngentot ibu kandung Mengadukan hisap kontol telan sperma hijab colmek pakai galon lagi enak nyepong direkam colmek sampai keluar crot cewek mabuk salah masuk video colmek cewek kesepian skandal video bokep viral colmekin pacar sampe muncrat chat sex minta pap tetek gataunya ibu tiri kesurupan vibrator sampai kejang bo cewek cantik china om sewa dua ayam kampus live bugil di kelas sepi ngintip adek ngentot sama pacarnya cerita dewasa mesum sedarah.
Cerita Dewasa 2021 Istri Binal Dewi 9
Cerita Mesum Istri Eksib |
Hari yang begitu cerah, setelah tadi malam turun hujan lebat mengguyur kota Kembang Bandung.
Siang ini saya berencana untuk pergi berjalan-jalan ke mall, sekalian untuk belanja. Sambil menunggu jam 10 di mana aku harus menjemput intan, saya pun bersih-bersih rumah juga melakukan kegiatan sehari-hari lainnya.
Tanpa sadar sudah pukul 09.15, saya pun memanggil Bu Heti.
Saya:” Bu, nanti kita jalan-jalan ke mall ya, biar ibu gak bosen juga”
Heti:” Ia bu”
Saya:” Saya mau jemput Intan dulu, ibu siap-siap ya, bawa pampers juga jaga-jaga buat Revan”.
Bu Heti mengganguk tanda mengerti.
Sikap saya baik Bu Heti biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa, padahal bu Heti sudah kena sodok sama suami saya.
Saya pun segera memanaskan mobil sebentar, biasanya saya menggunakan motor matic saya untuk menjemput Intan, setelah suami saya dapat kendaraan inventaris dari Kantor, sekarang saya dapat menggunakan mobil yang biasa dipakai suami dapat saya gunakan.
Saya pun kembali dengan dari menjemput Intan. Intan saya suruh segera makan, karena kita akan pergi ke mall. Intan tampak senang sekali.
Setelah siap kami berempat berangkat menuju sebuah mall ternama di kota Bandung.
Singkat cerita kami sudah berada di mall, suasana belum terlalu ramai. Saya pun berbelanja kebutuhan sehari-hari seperti membeli popok untuk Revan juga susu formula dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Saya pun membelikan baju untuk Intan juga Revan termasuk mainan juga tak lupa membelikan baju juga untuk Bu Heti.
Bu Heti tampak senang saya belikan baju.
Hampir dua jam kami keling-keliling, rasa capek dan lapar mulai mendera.
Saya putuskan untuk makan di dalam mall saja. Kami pun membeli makan cepat saji. Sekitar 30 menitan kami bersiap untuk pulang.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil saya, saya pun menoleh, tampak seorang bapak melambaikan tanggannya kepada saya.
Sepertinya saya mengenalnya, sayapun mengajak Bu Heti untuk menghampirinya.
Betul saja memang saya mengenal orang tersebut.
Sebut saja namanya Pak Bob (nama samaran).
Pak Bob ini seorang yang cukup terpandang, dia seorang pengusahan di bidang konveksi, selain itu katanya mempunyai beberapa perusahaan kelapa sawit di pulau Kalimantan.
Meski umurnya sudah 45 tahun, tapi penamiplannya masih seperti anak muda. Saat itu dia mengenakan jaket kulit warna hitam, kaca mata hitam dan Cuma memakai celana pendek.
Saat itu dia tidak sendirian saat itu dia ditemani 2 orang bodyguard yang berbadan kekar berkepala botak mirip pemeran Murad dan Pipit di sebuah sinetron di televisi swasta.
Pak Bob:” Hai Dewi ya?
Saya:” Om Bob ya”
Pak Bob:” Wah, kamu masih ingat saya ya”
Saya:” Ya masih dong om” Sambil tersenyum.
Pak Bob pun melihat ke arah Bu Heti dan anak-anak saya.
Pak Bob:” Mereka siapa Dewi?
Saya:” Oh, ini Bu Heti dia bekerja sebagai baby sister buat jagain anak-anak saya, ini Intan anak pertama saya dan yang kecil adiknya Revan”
Pak Bob manggut-manggut.
Pak Bob:” Sudah punya 2 anak yang sekarang kamu, tapi kamu masih tetap cantik dan sekarang malah makin montok”
Aku menjadi malu di bilang begitu di depan Bu heti.
Saya:” Pak Bob bisa saja”
Pak Bob:” Kalau kamu tidak keberatan bisa kita ngobrol-ngobrol dulu”
Saya berpikir sejenak.
Saya:” maaf Om, saya harus segera pulang, ini habis makan mau pulang”
Pak Bob:” Ayolah sebentar saja, biar anak-anak kamu main-main dulu, tuch di atas kan banyak stand bermain anak, sekali-sekali lah, biar saya bayarin”
Pak Bob memaksa saya untuk ngobrol dua, saya sudah berpikir ada sesuatu yang tidak beres, saya tahu betul ini orang.
Pak Bob:” Biar 2 bodyguard saya jagain mereka, bagaimana?
Intan tiba-tiba ikut berbicara:
Intan:” Mah, Intan mau main di atas dulu ya”
Aku memang lupa mengajak mereka bermain dulu, biasanya kalau pergi sama ayahnya sudah pasti kalau sekedar mandi bola wajib buat Revan.
Sambil menarik nafas panjang saya pun menyetujuinya.
Saya:” Bu Heti bawa anak-anak main dulu ya, nanti saya menyusul, belanjaanya biar di bawa sama om-om ini” Sambil menujuk ke 2 bodyguard Pak Bob.
Bu Heti:” Ia bu”.
Pak Bob tampak senang, bu Heti sambil menggendong Revan dan menuntun Intan di ikuti 2 bodyguard pak Bob.
Pak Bob:” Kita ngopi-ngopi dulu lah, sudah lama tidak ketemu”.
Kami pun menuju ke sebuah cafe dan memesan kopi.
Pak Bob dan saya duduk saling berhadapan. Pak Bob memulai pembicaraan lagi:
Pak Bob:” Kamu sekarang terlihat lebih cantik dan dewasa, biar sudah punya 2 anak, malah semakin bikin saya penasaran”
Saya:”hem, Om bisa saja kalau muji, pasti ada maunya”.
Pak Bob melihat saya dari atas ke bawah, sempat lama berhenti di payudara saya.
Pak Bob:” Coba kalau dulu kamu mau saya nikahi, mungkin anak kamu bukan Cuma 2 bisa lebih dari lima, tiap hari saya entotin kamu” Omongannya kurang ajar sekali, tanpa tedeng aling-aling, tapi saya sudah tidak terkejut karena sudah tahu karakter orang ini baik secara langsung ataupun dari omongan orang.
Pak Bob dulu memang pernah melamar saya, saat itu saya masih kuliah, umur saya saat itu masih 22 tahun, umur dia sendiri saat itu 38 tahun.
Untunglah orang tua saya menolaknya, saat itu dia sudah punya 2 istri, sekarang saya dengan malah sudah 4 istrinya. Bukan Cuma banyak istri, mungkin karena dia orang kaya, dia banyak main perempuan di luar sana, baik masih anak sekolah, mahasiswi sampai ibu muda bisa dia gaet.
Dulu dia sering menemui saya di kampus, perkenalan saya dengannya karena dia sering berkunjung ke tempat kost saya dulu, salah satu teman kost saya pernah didekatinya habis-habisan untungnya dia tidak termakan rayuan Pak Bob, sampai dia beralih terhadap saya.
Bahkan ibu saya pun pernah digodanya, saat dia datang ke rumah, ibu saya mengadu ke saya bahwa pantatnya pernah dicolek sama pak Bob. Tentu saja lamaran Pak Bob sudah pasti ditolak mentah-mentah. Tapi tak berhenti disitu, ibu saay bilang Pak Bob pernah menawarinya sejumlah uang jika ibu saya mau tidur dengannya, benar-benar gila itu bandot tua.
Pak Bob:” Kamu sekarang saya lihat lebih montok dan berisi dibanding dulu, tetek kamu juga lebih gede”
Saat itu saya mengenakan hijab warna putih, baju kemeja warna polos merah dan celana jeans warna biru. Sebenarnya penampilan saya biasa saja tidak terlalu mencolok kecuali celana jeans ketat saya.
Saya:” Saya sudah punya suami Om”
Pak Bob:” Memang kenapa kalau sudah punya suami, bagi om gak masalah”, sambil matanya terus menatap ke arah payudara saya. Saya mulai agak jengah juga.
Saya:” Sepertinya sudah lama Om,saya mau menyusul anak-anak ke lantai atas”
Pak Bob:” Baru 15 menit Dew, saya belum selesai bicara dengan kamu”
Saya:” Memang masih ada yang mau om sampaikan?
Pak Bob:” Terus terang saja, saya sudah tidak masalah kamu tidak jadi istri saya, tapi saya masih penasaran dengan kamu, kalau kamu mau menemani saya tidur sekali saja, saya bisa kasih kamu uang yang banyak”
Saya sedikit tersinggung, meski saya bukan lagi istri yang baik, tapi tidak sampai jual diri juga, gaji suami sudah lebih dari cukup untuk hidup saya dan anak-anak.
Saya:”Maaf ya om, jangan samakan saya dengan perempuan-perempuan yang pernah om tiduri”
Pak Bob tampak tetap santai.
Pak Bob:” Tentu tidak, karena kamu sangat spesial buat saya, kamu sudah bukan perawan seperti dulu lagi, dan sudah menjadi istri orang, tapi saya tetap penasaran dengan kamu, saya berani kasih kamu 50 juta, bagaimana? Atau masih kurang?
Saya cukup terkejut, uang 50 juta tentu sangat besar:
Saya:” Memang Om masih berani bayar sampai berapa juta?.
Saya pun tidak percaya dengan yang saya ucapkan.
Tiba-tiba ponsel saya berdering, saya lihat Asep menelepon saya, tapi saya langsung biarkan saja.
Pak Bob nampak tersenyum, tentu saja dia melihat peluang yang sangat besar.
Pak Bob:” Bilang saja kamu mau berapa? 100 Juta pun saya berani buat bayar memek kamu, hanya level artis yang saya bayar segitu”
Nilai seratus juta mulai mengaburkan akal sehat saya.
Saya lama terdiam.
Pak Bob:” Kamu tak perlu jawab sekarang, kamu pertimbangkan saja, hanya sekali saja, kamu bisa dapat seratus juta, ini kartu nama saya, kalau kamu mau kamu bisa hubungi saya, privasi saya jamin”
Saya tidak menjawab tapi saya menerima kartu nama pak Bob,angka seratus juta menghantui pikiran saya. Saya mulai berpikiran menerimanya, toh saya bukan lagi istri yang baek, toh Cuma sekali saja berbagai macam pikirna berkecambuk di kepala saya.
Pak Bob:” Ngomong-ngomong baby sister kamu lumayan juga, mirip ibu kamu dulu, siapa namanya”
Saya yang sedang melamun sedikit terkejut
Saya:” Heti Om”
Pak Bob:” Ayo kita ke atas, saya pun masih ada urusan ini”
Akhirnya kami pun ke atas, saya disuruh jalan di depannya, saya sempat berpikir bahwa dia akan meraba pantat saya dari belakang, ternyata tidak, rupanya cukup bersabar ni bandot, mungkin dia hanya mau melihat goyangan pantat saya saja.
Akhirnya kami berbisah dan saya pun pulang ke rumah.
Sekitar pukul setengah 7 suami saya pulang, dia tampak begitu lelah, sedikit rasa bersalah dalam hati saya, melihat suami bekerja keras mencari nafkah, saya malah mau saja ditawar orang.
Sekitar pukul sembilan suami saya sudah mengajak saya tidur, karena melihatnya lelah saya pun segera menemaninya, Intan memilih tidur dengan Bu Heti, sementara Revan sudah lebih dulu tidur di kamar kami.
Saya sudah berbaring di sebelah suami saya, saya saat itu mengenakan pakain tidur warna krem selutut yang sangat transparan, hijab sudah saya lepas, ketika itu saya sudah tidak berpikiran bahwa suami saya akan mengajak saya untuk bersetubuh.
Suami:” Wah, kamu cantik sekali mah, papah yang tadinya capek saja jadi segar lihat kamu begini”
Saya:” Memang papah banyak banget kerjaan ya, mamah lihat lelah sekali hari ini, ini kan masih pertengahan bulan, belum closing account kan pah”
Suami:” Belum mah” jawab suami saya pendek saja, tangannya mulai meremas susu saya bergantian kiri dan kanan”
Saya:” emmmph, terus koq bisa terlihat lelah banget dan kayak kurang semangat”
Suami:” Hem, gimana ya bilangnya, mamah jangan marah ya?
Saya mengernyitkan dahi saya tanda tidak mengerti.
Saya:” Memang kenapa pah?
Suami saya terlihat tersenyum sambil tersipu.
Suami:” Papah capek bukan karena kerja rutin di kantor mah, tapi karena papah habis ngerjain Ida”
Saya sedikit terkejut.
Saya:” maksudnya ngerjain gimana? Walau saya sudah dapat menduganya.
Suami:” Papah tadi siang habis ngentotin si Ida mah”
Saya:” Wah asyik dong, pantes sama kelelahan gitu, tak kiranya kerja yang lain, memang di mana papah ngentotin si Ida? Di kantor pah?
Suami:” Bukan mah, di rumahnya”
Saya:” Hah di rumahnya? Gimana ceritanya pah? Saya makin penasaran
Suami:” Jadi begini ceritanya mah”
Saya:” Bentar pah, mamah juga mau cerita”
Suami saya terdiam sejenak.
Suami:” Mamah mau cerita ngentot lagi sama si Asep?
Saya:” Bukan itu Pah”
Suami:” Lantas apa? Memang ngentot sama siapa mamah?
Saya:” Mamah gak ngentot sama siapa-siapa, tapi ada hubungannya juga sama ngentot sich pah”
Suami:” Ya sudah mamah ceritakan saja sama papah, kita harus saling terbuka”
Saya:” Jadi begini pah, tadi kan mamah pergi ke mall”
Suami:” Ia tadi papah sudah tau, kan intan , kamu juga sudah cerita”
Saya:” Belum semuanya Pah, tadi mamah ketemu sama Pak Bob pah”
Suami saya sedikit kaget, saya memang sudah cerita semua tentang pak Bob, kebetulan saat pak Bob melamar saya, saya sudah berpacaran dengan suami saya.
Suami:” Pak Bob yang pernah mau melamar kamu itu”
Saya:” Ia Pah, tadi tidak sengaja ketemu, terus dia maksa ngajak ngobrol mamah dulu, karena maksa ya mamah pikir gpp mamah temani, si Adek sama Revan main ke atas”
Suami:” Jadi mamah ngobrol berdua aza?
Saya:” Ia Pah sambil mamah kita ngopi, mamah beli cappucino”.
Suami:” Itu mah gak penting mah”
Saya:” hehe, tau gak pah itu bandot ngomong apa sama mamah?
Suami:” Mana papah tahu, memang ngomong apa? Wajah suami saya terlihat makin penasaran.
Saya: “ Masa dia nawarin mamah nemenin dia tidur sekali aza katanya”
Suami:” hah” sambil bengong
Saya:” Dia nawarin seratus juta Pah gila kan, dia nawar memek mamah seratus juta, gila kan berani amat tuch orang” Sambil saya memegang kemaluan suami saya dari luar celananya, ternyata kontol suami saya mulai ngaceng.
Suami:” Hah, yang bener mah”
Saya:” Koq kontol papah malah ngaceng dengar memek mamah ada yang nawar seratus juta? Sambil saya remas kemaluan suami saya lebih keras.
Suami:” Pelan mah, sakit tau”
Saya:” Hehe, Papah sich koq malah ngaceng memek istrinya di tawar orang?
Suami saya hanya terkekeh tidak memberi jawaban.
Saya:” Terus bagaimana ya Pah? Eh papah koq gak begitu kaget denger memek mamah di tawar pak Bob?
Suami:” Bagaimana apanya mah? Papah gak begitu kaget, toh mamah pernah cerita ibunya mamah saja pernah di tawar juga kan?
Saya:” Ia pah, gila memang tuch bandot, dulu ibu umurnya sudah 44 tahun, dia sendiri waktu itu 38 tahun, setelah lamaran dia ditolak bapaknya mamah, ibu mamah bilang ke mamah, tuch bandot ngajak tidur ibu, gila kan, dulu memek ibu dia tawar, sekarang memek anaknya, dasar maniak”
Sambil saya terus meremas-remas kontol suami saya yang makin mengeras.
Saya kembali melanjutkan pembicaraan kami:
Saya:” Jadi bagaimana tawaran dia Pah?
Suami sedikit terkejut.
Suami:”Ya sudah cuekin aza”
Saya:” Yah, seratus juta pah, Cuma sekali saja”
Suami:” Hah, mamah tertarik dengan tawarannya”
Saya:” Mamah pikir Cuma sekali saja pah, 100 juta lagi” Sambil tersenyum genit ke arah Dendi suamiku.
Suami:” Yang bener aza mah, itu jadi seperti psk saja”
Saya:” Awalnya mamah gak mau juga pah, awalnya dia bilang 50 juta terus naik jadi seratus, katanya itu seharga artis”
Suami saya terlihat berpikir.
Saya pun melanjutkan:
Saya:” mamah jadi penasaran gimana rasanya jadi pelacur mahal pah, toh Cuma sekali saja, tapi lumayan banget kan apa bedanya mamah sama Asep pah coba bayangkan, ini mah dapat duit, biar deh jadi seperti pelacur juga”
Suami:” Mamah makin binal deh, nanti keterusan”
Saya:” hehe, yang kalau tawarannya gede pah mamah pertimbangkan dech”
Suami:” Tuch kan” tidak marah tapi malah kontolnya makin keras
Saya:” jadi gimana pah?
Suami:” Ya terserah mamah deh”
Saya segera mencium bibir suami saya.
Saya:” Papah pengertian banget deh, sudah banyak di bayangan mamah yang mau mamah beli dengan duit dari pak Bob nanti”
Saya:” Sekarang papah yang cerita dong, gimana bisa si Ida papah entot?
Suami:” Sambil ngentot aza yuk mah ceritanya”
Saya:” Ayo pah, mamah juga sudah basah, gak sabar mamah liat muka si Pak Bob melihat keinginan dia tercapai.
POV SUAMI
Sudah beberapa hari ini ada yang berubah dari si Ida semenjak dia saya jebak agar menonton video rekaman persetubuhan istri saya dengan saya juga pak Fadli bekas bosnya.
Ida sekarang berani tampil lebih sexy, bajunya sich masih kebanyakan kemeja, tapi paling tidak lagi panjang seperti biasanya yang menutupi pantatnya, sekarang paling hanya sedikit di bawah pinggang, kadang malahan bajunya di masukan ke dalam celana.
Sekarang sudah bisa leluasa melihat bulatan pantat Ida di balik celananya, sekrang saya sudah sering melihat garis celana dalam Ida tercetak di pantatnya yang montok, hal yang dulunya sangat langka.
Sikap Ida pun sudah berubah, tidak lagi jutek dan cenderung seperti mau menarik perhatian saya.Kadang saat saya keluar ruangan, kebetulan tempat duduk Ida nyaris persis depan ruangan saya, posisi meja dan komputernya menghadap pintu ruangan saya, otomatis dia duduk membelakangi saya. Beberapa kali saya saya keluar ruangan saya dapat melihat kemeja Ida tertarik ke atas, saya dapat melihat sedikit punggungnya yang putih dan celana dalamnya pun kelihatan dari punggungnya.
Seperti pada waktu itu, kebetulan hari Senin, saya datang agak terlambat sudah jam delapan lebih, karena sedikit lelah hari minggunya saya habis lembur menggarap istri dan Bu Heti si baby sister.
Saya lihat Ida sudah duduk di mejanya, melihat saya datang dia pun menyapa saya dengan ramah sambil tersenyum.
Ida:” pagi pak Dendi”
Saya pun tersenyum ke Ida.
Saya:” pagi Ida, tumben sekarang saya yang ke siangan”
Ida:” Ia pak, biasanya saya”
Saya pun berlalu hendak masuk ke dalam ruangan, tapi kemudian menoleh ke belakang, saya lihat Ida memakai kemeja putih bergaris warna biru . Saya lihat kemejanya pendek, mungkin Cuma sepinggang tertarik ke atas, saya melihat punggunya putih mulus dan celana dalamnya kelihatan dari punggungnya cukup banyak berwarna hitam. Sambil mendehem saya bilang ke Ida:
Saya:” pakai warna hitam ya hari ini”
Ida menoleh dan tersenyum tidak marah, tapi berusaha menarik kemejanya, tapi tetap saja kelihatan. Memang setiap dapat melihat warna celana dalam Ida, saya akan bilang ke Ida, seperti barusan, dan Ida pun paling seperti barusan hanya membetulkan posis duduk dan kemejanya.
Saya pun masuk ke ruangan, sekitar jam 12 ida masuk ke ruangan saya.
Ida:” Pak, saya izin pulang dulu mau menyusui anak saya, saya tadi tidak sempat menyedot asi saya, karena tidak mau terlambat terus”
Saya:” Oh, ya sudah gpp, bentar lagi kan jam 1 istirahat. Kamu naik apa?
Ida:” Naik angkot saja pak”
Saya:” Wah apa gak kelamaan? (Rumah Ida ada di sekitaran Jatinangor), gimana kalau saya antar?
Ida terlihat berpikir.
Saya segera bangkit dan merapihkan pakaian saya.
Saya:” Ayo kita berangkat sekarang”
Ida:” Terus bapak bilang apa sama yang lain, kan tidak enak kalau kita keluar berdua”
Saya:” tenang nanti saya bilang kita ada rapat di luar, mau ke kantor cabang, jadi kalau di jalan macet juga gpp, lagian lagi tidak sibuk saya yakin gak ada yang bakal nyari saya juga”
Tanpa menunggu jawaban Ida saya segera mengajak Ida keluar, ke pada staf saay, saya bilang ada meeting di luar. Mereka tidak curiga karena sudah biasa, tapi mungkin sedikit heran karena mengajak Ida.
Saya pun segera memacu mobil Innova inventaris kantor menuju jatinangor, jalannan sudah tidak aneh sedikit macet biar sudah 2 jalur.
Awalnya kami saling diam, karena masuk daerah cileunyi sedikit macet, sambil menunggu saya pun mengajak ida ngobrol.
Saya:” Ida (tidak lagi memanggil Ibu), ngomong-ngomong soal video itu kamu gak ada bilang sama yang laenkan?
Ida tampak sedikit terkejut saya bertanya begitu.
Ida:” Tidak pak, tapi”
Saya:” Tapi apa?
Ida:” Saya, maaf ya pak, sebenarnya saya ada bilang sama suami, dan saya juga mengcopy video itu ke flash disk saya”
Saya agak terkejut.
Saya:” Yang betul?
Ida:” Maaf pak, saya tidak bermaksud menyebarkannya cuma menyimpannya buat saya sendiri”
Saya:” Terus kenapa bilang sama suami?
Ida:” Suami pasti tahu karena ada hubungannya dengan suami, waktu kita bertemu di perpisahan pak Fadli saya lihat suami saya sering memperhatikan bu Dewi. Waktu pulang saya tegur, akhirnya dia mengaku tertarik dengan kecantikan Bu Dewi”
Saya:” Jadi video istri saya buat suami kamu, karena dia tertarik sama istri saya” sambil saya sedikit pura-pura melotot.
Ida:”maaf bukan begitu, saya mau berterus terang pak” Ida sedikit ketakutan melihat saya tampak kesal.
Ida:” Suami saya kan kerjanya 2 shift (suami Ida kerja sebagai security) seminggu siang, seminggu lagi malam, dia sering lesu,jadi” Ida sejenak terdiam seperti ragu mau mengatakan sesuatu.
Saya:” jadi gimana”
Ida:” jadi dia mudah capek kalau di rumah, kami jadi jarang melakukan hubungan suami istri, karena dia sering capek, sayapun kadang tidak tega mengajaknya”
Ida melanjutkan:
Ida:” Jadi waktu saya nemu video bapak, Ida jadi kepikiran suami, jadi Ida copy itu video dan tunjukan ke suami Ida, Suami Ida jadi bergairah, biarpun terlihat capek dia mau menggauli Ida”
Saya pun jadi paham maksud Ida.
Saya:” Jadi Ida manfaatin video istri saya dong?
Ida:” Maafin Ida pak, Ida khilaf, Ida punya kebutuhan juga, dan terus terang menonton video istri bapak yang maaf binal banget” diam sejenak dan melihat ke saya agak takut-takut.
Ida:” Melihat istri bapak digauli 2 orang Ida jadi terangsang banget kalau main sama suami, ida dan suami sering memutar videonya sebelum berhubungan. Maafin ida ya pak” Sambil menunduk
Saya:” Jadi karena itu sekarang Ida baik sama saya”
Ida:” Tidak juga, kemaren-kemaren Ida memang agak kesal sama bapak karena bapak colek pantat Ida, selebihnya biasa saja”
Saya sejenak terdiam, kebetulan ada pengamen lewat, setelah memberi uang pengamen saya pun melanjutkan pembicaraan.
Saya:” Tapi secara tidak langsung Ida sudah memanfaatkan saya dan istri, bagaimana kalau rekaman itu di sebarkan suami Ida”
Ida:” Maafin Ida pak, Ida jamin gak akan, Ida mengaku salah, nanti Ida hapus rekamannya”
Saya tidak menjawab, tapi tangan saya bergerak mengelus paha Ida.
Ida nampak terkejut segera memegang tangan saya dan memindahkannya dari pahanya.
Saya agak kesal, saya teruskan menyetir kebetulan sudah agak lenggang. Saya diam saja, ida nampak sedikit tidak nyaman, mungkin dia merasa bersalah mencegah tangan saya mengelus pahanya tadi. Akhirnya saya sampai digerbang sebuah perumahan saya pun segera masuk ke prumahan tempat tinggal Ida.
Saya:” Masih jauh Da?
Ida:” Agak di dalam pak, jalur paling ujung, lumayan jauh”
Saya lirik ida, saya nekat tangan saya kembali mengelus paha Ida, kali ini Ida membiarkan saja tangan saya, hanya saya lihat dia sempat melihat ke wajah saya.
Karena diam saja, saya elus-elus pahanya, terus sampai ke pangkal pahanya, tangan saya kini sudah mengelus memeknya Ida dari luar celana jeansnya.
Ida:” Aw” (sambil memegang tangan saya, tapi tidak menahan tangan saya yang terus mengelus memeknya.
Ida:” Sudah sampai pak” Suaranya agak berat. Tampak sebuah rumah Type 45. Lumayan juga, terlihat bersih dengan banyak tanaman bunga di luar rumahnya.
Saya segera menarik tangan saya.
Saya:” Suami kamu ada di rumah?
Ida:” Tidak ada pak, dia shift siang, Cuma ada anak sama pembantu saya, makanya saya mau diantar bapak”
Ida mengajak saya masuk ke dalam rumah, tampaknya dia tidak marah padahal habis saya obok-obok.
Seorang perempuan muda membuka kan pintu dan mempersilahkna masuk.
Ida meminta perempuan tersebut membuatkan minum, ternyata itu pembantunya.
Ida izin melihat anaknya di kamar. Ida menggendong anaknya yang berusia 2 tahun ke ruang tamu dan duduk di sofa sebrang saya.
Pembantunya datang membawakan minum.
Ida:” Entin kamu pulang saja dulu, nanti jam setengah 3 sebelum berangkat kerja balik ke sini lagi”
Pembantunya yang bernama Entin pun segera pergi.
Saya:” Memang rumahnya deket sini”
Ida:” Ia pak, dekat di kampung sebelah”
Ida tiba-tiba melepas kancing kemejanya, nampak bh nya yang berwarna hitam, di depan saya dia mengeluarkan susunya yang benar-benar montok, lebih gede dari punya istri saya.
Segera dia menyusui anaknya di depan saya. Saya sampai beberapa kali menelan ludah saya.
Sinyal yang diberikan Ida semakin kuat buat saya, apa dia merasa bersalah karena pembicaraan kita tadi di mobil atau karena apa, saya pun tidak perduli.
Di depan Ida saya mengelus-elus kontol saya dari balik celana.
Ida tentu dapat melihatnya. Dia tersenyum kepada saya.
Ida:” Bapak mau nyusu juga?
Saya:” Mau, memang boleh?
Ida:” Dari tadi bapak liatin susu saya terus, tadi di mobil obok-obok anu saya”
Ida melanjutkan, nanti setelah anak saya bobo ya pak.
Jeleger, rasanya petir bunyi di siang bolong.
Saya mengangguk.
Ida :” Saya ke kamar dulu ya pak, tidurkan anak Ida”
Saya tak menjawab Cuma mengangguk pelan.
Ida tak lama kembali, nampak kemejanya tidak di kancingkan, saya dapat melihat bh nya yang menggembung membungkus tetek besarnya.
Ida:” Bapak mau di kamar atau di sini”
Saya: bengong tidak percaya.
Ida:” katanya tadi mau nyusu juga, di sini atau di kamar?
Saya:” Beneran” masih belum percaya rasanya.
Ida mengangguk pelan.
Ida:” Bapak jangan pecat saya ya, gaji suami saya tidak seberapa, makanya saya kerja juga”
Saya:” Tentu tidak”
Ida:” Saya sudah tahu lama, bapak menginginkan saya, sekarang saya sudah siap, bapak mau main di mana?
Saya:” Di kamar saja, takut ada orang”
Ida segera mengunci pintu dan mengajak saya menuju ke kamar, bukan kamar tempat dia membawa anaknya, tapi kamar satunya lagi.
Di situ Cuma ada dua kamar.
Sampai di ranjang saya segera merangkul Ida, segera saya cium bibirnya yang begitu menggoda dengan tahi lalat di atas bibirnya.
Saya tampar pantatnya beberapa kali, saya memang gemas sekali dari dulu saya ingin sekali melakukannya.
Plak.... Plak...
Ida:” Aw, pelan-pelan pak”
Saya lepas kemeja Ida sekalian saya leba bh nya juga.
Saya segera menghisap susu Ida bergantian.
Ida:” Jangan dimerahin ya pak (maksudnya dicupangin), takut suami saya tahu”
Saya menganguk, tadi saya pengen memberi tanda di sana.
Saya rebahkan Ida, dan saya tindihin. Ida tidak tinggal diam, melepas baju saya juga ikat pinggang celana saya, kemudian celana saya. Saya sudah tidak memakai apa-apa. Sedang Ida masih memakai hijab dan celana panjangnya.
Ida segera mengocok kontol saya.
Ida:” Punya bapak besar dan panjang, ida sudah penasaran sejak melihat video bapak”
Saya:” Ayo dihisap kontol saya sayang”
Ida segera menghisap kontol saya, luar biasa, jujur sepertinya Ida jauh lebih handal dari istri saya, padahal saya mengira istri saya yang paling jago soal ini.
Cukup lama ida mengihsap kontol saya, sampai ke bijinya di jilatin.
Saya:” Da, hisapan kamu nikmat banget,saya tidak menduga kamu suka menghisap kontol, kamu sudah biasa ya menghisap kontol suami kamu”
Ida mengangguk.
Ida:” Ia pak, awalnya Ida kurang suka menghisap penis, tapi suami Ida yang minta-minta terus,sampai beliin film bokep segala, akhirnya Ida tebiasa”
Saya:” Akh, nikmat banget”
Ida:” Pasti bu Dewi lebih jago kan pak”
Saya:” Jujur hisapan kamu luar biasa, lebih jago dari istri saya”
Ida:” Masa, Ida lihat istri bapak jago banget ngisap kon, maksud Ida penis bapak sama pak Fadli”
Saya:” Sudah gak usah malu, kalau saya sama istri sudah bisa bicara vulga kalau lagi ngentot, sudah saya bisa cepat keluar”
Sambil mencabut kontol saya, saya pun mendorong Ida hingga terlentang.
Saya menarik lepas celana panjang Ida kemudian celana dalam hitamnya, bulu memek Ida tidak tertalu lebat, saya lihat sudah sangat basah.
Saya segera membenamkan kepala saya di Memek Ida.
Ida:” Aw, oh nikmat pak”
Saya lihat ida memejamkan matanya.
Saya jilat itil ida, itilnya tidak sebesar punya istri saya.
Ida semakin kuat mengerang.
Ida:” Akh, oh, enak pak, jilat terus itil Ida”
Saya semakin semangat menjilatnya.
Ida:” Akh, Ida dapet” sambil mengejang.
Saya merasakan cairan orgasme Ida menyembur, agak asin-asin dan lengket gimana gitu. Saya segera bangkit dan mengarahkan kontol saya ke memek Ida.
Ida mengerti segera meregangkan kedua kakinya.
Bless, kontol saya pun membelah memek Ida. Saya agak terkejut dari sudut mata Ida tampak meleleh air matanya. Saya jadi mulai merasa bersalah, saya hendak mengentikan dan menarik keluar kontol saya.
Ida:” Sudah masukan semua penisnya pak”
Saya:” Ida menyesal”
Ida:” Sedikit, sekarang Ida bukan istri yang baik lagi, Ida sudah ternoda, kehormatan Ida sudah resmi direnggut”
Mendengar ucapan Ida saya semakin merasa bersalah, tapi ida malah menekan pantat saya, otomatis sekarang kontol saya sudah masuk semua.
Ida:” Ayo pak, digenjot, bapak nikmati tubuh Ida”
Saya tidak perduli lagi saya genjot keluar masuk, semakin lama semakin cepat.
Ida:” Akh, nikmat pak, kontol bapak lebih besar dari suami saya, oh Tuhan maafin Ida”
Saya pun kembali menghisap tetek Ida, asinya terasa hangat, rasanya sich biasa saja, karena saya sudah terbisa menghisap asi istri saya, tapi sensasinya laur biasa.
Saya:” Ida mau ganti posisi?
Ida:” Setubuhi Ida dari belakang pak, aw, bapak cupang saya ya? Ida kaget setelaha mengetahui saya mencupang susunya, nampak bulatan merah di sekitar putingnya.
Saya:”Maaf saya lupa”
Ida tidak menjawab tapi segera melepas kontol saya dan nungging. Segera saya masukan kembali kontol saya.
Saya genjot semakin cepat saja.
Ida:” Aw, Ida keluar lagi” Ida nampak mengejang, mungkin ini posisi favoritnya.
Saya sudah tidak tahan, selagi ida menikmati orgasmenya, saya pun orgasme di dalam memek Ida.
Ida terkejut waktu merasakan sperma saya memasuki memeknya.
Ida:” Aw, pak dendi kenapa di keluarin di dalem memek ida?
Ida sekarang sudah mulai berani bicara vulgar.
Saya:” Maaf sayang, saya tidak tahan?
Ida:” Saya sedang subur “ Sambil berbisik di telinga saya.
Ida segera menarik lepas kontol saya dan berlali ke luar kamar. Saya sedikit kaget, tapi rasa lelah membuat saya terdiam rebah di atas kasur.
Tak lama Ida datang masih dengan telanjang bulat hanya hijab menempel di kepalanya.
Saya:” Saya benar-benar tidak tahan tadi”
Ida:” Kalau jadi gimana?
Saya:” Saya akan membiayainya”
Ida terdiam, lalu naik ke ranjang.
Ida rebahan di samping saya.
Ida:” Ida benar-benar gak nyangka bakal melakukan ini dengan bapak”
Saya:” Saya juga gak nyangka akhirnya bisa merasakan memek Ida”
Ida:” Ida merasa ini ngentot terbaik bagi Ida”
Saya:” Masa Sayang”
Ida:” Ia pak, sensasinya yang luar biasa, ida merasa Ida sudah sangant nakal, mungkin pada dasarnya Ida nakal, Ida mau saja digagahi di rumah Ida sendiri sama Pak Dendi”
Saya tidak menjawab tapi malah meremas susu Ida.
Saya:” Gimana soal cupangan saya ini ? Sambil menunjuk ke bekas cupangan saya di teteknya.
Ida:” Berarti Ida gak bisa main dulu sama suami Ida”
Saya:” Terus kalau soalnya peju saya yang keluar di dalam memek kamu gimana?
Ida:” Mau gimana lagi Pak, toh selanjutnya Ida bakal ngentot lagi sama suami, jadi suami Ida gak bakal curiga kalau misal Ida hamil oleh bapak, tapi belum tentu jadi juga”
Saya:” Ida benar gpp”
Ida mengangguk.
Ida:” Pak, suami Ida kalau lagi ngewe ida sambil nonton video Bu Dewi, suka bilang dia pengen ngentotin bu Dewi”
Saya:” Hem, terus”
Ida:” Gimana ya kalau dia tahu istrinya sudah lebih dulu dinodain sama suaminya bu Dewi, hehe?
Saya:” Ida, kamu nakal juga, coba Ida bilang saja”
Ida:” Takut ah pak, Pak Ida lihat video Bu Dewi jadi suka juga disetubuhi sambil berdiri, bapak mau gak gagahi Ida sambil berdiri” Sambil meremas kontol saya yang sudah bangu lagi.
Saya mengangguk, segera Ida berdiri dan menaroh satu kakinya di atas ranjang, saya segera memasukan kontol saya lagi kali ini tanpa pemanasan.
Kami pun bersetubuh lagi.
Ida:” Ayo pak genjot yang semangat, seperti waktu bapak dan Pak Fadli kontolin bu Dewi”
Saya pun menggenjot memek ida dengan lebih cepat, plok, plok bunyi paha saya saya beradu dengan pantat Ida yang besar.
Ida:” Ida pengen tahu perasaan suami Ida kalau lihat istrinya lagi digagahi orang kayak begini, seperti waktu bapak lihat Bu Dewi dientot pak Fadli di depan bapak”
Saya makin terangsang mendengar ucapan Ida.
Saya:” sayang, saya mau keluar lagi”
Ida:” barengan sayang, Ida juga mau dapet”
Saya:” Di Dalem?
Ida:” Di dalem memek saja, toh tadi juga di dalem”
Ida:” Akh, Ida dapet lagi sayang”
Saya:” Saya keluar juga” Saya tekan kontol saya dalam-dalam, pejunya muncrat lagi walau tak sebanyak tadi di memek Ida.
Beberapa saat kami berpelukan.
Akhirnya saya terkapar lagi di ranjang.
Ida:” Sayang, aku ke kamar mandi dulu ya, sekalian mau nyiapin makan siang, kita sampai lupa makan”
Saya:”
Kami sampai lupa belum makan siang.
Ida saya lihat memunguti pakaiannya.
Saya:” Ida, celana dalem kamu dan bh nya ke siniin”
Ida:” Buat apa cd ama kutang aku sayang”
Saya:” Mau saya bawa pulang, kamu pakai celana dalem dan bh yang baru”
Ida:” hehe, ni buat kenang-kenangan” Melempar pakaian dalamnya ke muka saya.